Senin, 15 Maret 2010
new look
udah lumayan lama rambut aq panjang dan karena udah kegerahan akhirnya potong juga,,,sayang sich ma rambut panjangnya tapi udah rusak gt jadi mending d potong aja,,,gak bgitu keliatan sich d foto tapi ga masalah
Senin, 01 Maret 2010
MAKALAH-HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena melalui pendidikan seseorang memperoleh informasi dan pengetahuan yang nantinya dapat digunakan dan diterapkan pada kehidupannya.
Banyak orang beranggapan bahwa pendidikan hanya bisa diperoleh di sekolah formal. Padahal pendidikan di sekolah formal tidak sepenuhnya bisa memberikan apa yang diharapkan orang tua terhadap anaknya. Pendidikan formal sering kali memberikan rasa jenuh kepada anak, jam pelajaran yang berlebihanlah yang mungkin menjadi penyebabnya. Jika UNESCO mensyaratkan 800-900 jam pelajaran per tahun untuk SD, Indonesia justru memberlakukan 1.400-an jam per tahun. Jika demikian anak akan merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan. Selain itu nilai-nilai moral, iman dan taqwa, dan pendidikan yang bermutu sering kali meskipun sudah diberikan di sekolah akan tetapi masih banyak menciptakan generasi bangsa yang yang tidak bermoral dan tidak berakhlak baik. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya generasi-generasi muda yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik seperti tawuran, membolos, menggunakan obat-obatan terlarang, membentuk geng-geng motor yang anarkis.
Dari bentuk kekecewaan orang tua tersebut diatas maka muncul ide-ide dari orang tua untuk memberikan pendidikan untuk anaknya di rumah. Pendidikan ini biasa disebut homeschooling. Tetapi apakah benar homeschooling ini benar-banar bias menjadi alternatif pendidikan untuk solusi diatas?
Untuk itu pada makalah ini akan dibahas mengenai homeschooling sebagai pendidikan alternatif untuk anak.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah homeschooling merupakan solusi pendidikan alternatif untuk anak?
2. Mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bahwa homeschooling merupakan pendidikan alternatif untuk anak
2. Alasan homeschooling merupakan solusi pendidikan alternatif
BAB II
ISI
A. HOMESCHOOLING
1. Pengertian homeschooling
Banyak pengertian mengenai homeschooling, dan berikut ini adalah beberapa pengertian menganai homeschooling, antara lain:
a) Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella Yulaelawati, adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif.
b) Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.
c) Homeschooling or homeschool (also called home education or home learning) is the education of children at home, typically by parents but sometimes by tutors, rather than in a formal setting of public or private school.
2. Jenis-jenis homeschooling
Dalam penerapannya ternyata homeschooling dibagi menjadi 3 jenis, adapun jenis-jenis tersebut antara lain:
a) Homeschooling tunggal, merupakan homeschooling yang hanya melibatkan orang tua dalam satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya. Pada homeschooling tunggal peran orang tua sangatlah penting sebagai pembimbing,teman belajar ataupun penilai. Homeschooling ini memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
b) Homeschooling Majemuk, dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu, sedangkan kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Homeschooling ini dapat merangsang insting sosial anak karena melibatkan anak-anak lain. anak akan terpacu pula untuk berkompetisi sehingga akan timbul semangat untk bersaing untuk berprestasi menjadi yang lebih baik akan tetapi tetap positif.
c) Homeschooling Komunitas, merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, RPP, bahan ajar, sarana, serta jadwal pembelajaran. Peserta didik yang mengikuti homeschooling komunitas memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling lainnya.
3. Kurikulum
Banyak kurikulum yang dapat di jadikan acuan bagi orang tua, akan tetapi keputusan penuh berada pada orang tua. Orang tua dapat menggunakan kurikulum Depdiknas ataupun kurikulum international yang sudah banyak keberadaannya. Akan tetapi meskipun sudah banyak kurikulum yang ada orang tua tidak bisa sepenuhnya mengikuti salah satu kurikulum tanpa memperhatikan kemampuan dan kemauan anak. Kurikulum tetap harus dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan kemauan anak agar tetap berjalan lancar.
4. Kelemahan dan kelebihan homeschooling
Pada dasarnya tidak ada satupun model pendidikan yang sempurna. Begitu pula homeschooling, model pendidikan ini juga tidaklah sempurna dan memiliki kelemahan maupun kelebihan,yaitu:
a) Kelebihan Homeschooling
1) Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk mengembangak kreativitasnya dengan susasana yang nyaman tanpa ada tekanan.
2) Melindungi anak dari NAPZA, pengaruh-pengaruh buruk seperti pergaulan yang menyimpang.
3) Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata .
4) Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan social.
5) Memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya.
6) Pelajaran yang akan dipeljari dapat diatur sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
b) Kelemahan Homeschooling
1) Membutuhkan tanggung jawab orang tua yang besar karena banyak menyita waktu orang tua dalam pelaksanaannya, sehingga bagi orang tua yang memiliki pekerjaan yang sibuk akan sulit mengonrol dan melaksanakan homeschooling.
2) Dapat timbul ketergantungan pada anak terhadap orang tuanya.
B. SEJARAH HOMESCHOOLING DI INDONESIA
Tidak dapat diketahui persis kapan homeschooling masuk ke Indonesia, akan tetapi ternyata sejak dulu homeschooling sudah diterapkan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara dan K. H. Agus Salim merupakan orang yang telah menerapkan homeschooling.
Ki Hajar Dewantara memiliki ide untuk menjadikan rumah sebagai tempat sekolah. Bahkan dalam buku yang berjudul Karja Ki Hadjar Dewantara, bagian I: pendidikan yang diterbitkan oleh Madjelis Luhur persatuan Taman Siswa pada tahun 1962 tertulis pada salah satu artikel bahwa tiap-tiap orang djadi Guru; tiap-tiap Rumah djadi Perguruan!.
Selain Ki Hajar Dewantara ada pula K. H. Agus Salim yang sudah menerapkan homeschooling pada anaknya. Anak-anak K. H. Agus Salim tidak di sekolahkan melainkan dididik sendiri olehnya. Bahkan bukan hanya membaca, menulis, berhitung, belajar kesnian dan lainnya yang diajarkan, tapi juga berbagai bahasa asing.
C. HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
Kenyataan bahwa pendidikan formal tidak bisa memberikan apa yang diharapkan oleh orang tua menjadikan homeschooling sebagai solusi pendidikan alternatif bagi orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak beberapa pertimbangan bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan anaknya, antara lain:
1. Sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua
Orang tua yang cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif pergaulan anak dan tidak puas dengan kinerja sekolah formal dapat memilih homeschooling sebagai solusi . Hal ini dikarenakan homeschooling merupakan pendidikan yang pada pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh orang tua. Sehingga orang tua dapat memantau secara langsung perkembangan anak. Akan tetapi dengan catatan bahwa segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan homeschooling menjadi tanggung jawab penuh orang tua.
2. Kegiatan belajar flexibel
Nama sekolah rumah atau homeschooling bukan berarti kegiatan belajar sepenuhnya dilaksanakan dirumah. Kegiatan belajar dapat diatur atau dikondisikan sesuai dengan kebutuhan anak dan orang tua. Kegiatan belajar dapat dilakukan di maanpun dan kapanpun orang tua atau peserta didik mau. Misalnya pada saat orang tua akan pergi ke kantor pos untuk mengirim surat, pada saat itu pula orang tua dapat mengajarkan berbagai hal kepada anak seperti tata cara menulis surat yang baik, bahasa yang baik untuk menulis surat, langkah-langkah untuk mengirimkan surat, dan masih banyak yang lainnya.
3. Perkembangan psikologis anak
Banyak orang tua mengkhawatirkan dampak psikologis home schooling seperti kurangnya sosialisasi anak dengan temannya. Padahal sebenarnya orang tua tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut, karena seperti yang telah dikemukakan pada bagian atas bahwa home schooling memiliki 3 jenis. Dan 2 dari 3 jenis home schooling tersebut merupakan jenis homeschooling yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan keluarga lain. sehingga dampak buruk psikologis dapat ditanggulangi dengan kedua jenis home schooling tersebut. Orang tua yang memiliki anak yang sama-sama mengikuti home schooling dapat bekerja sama untuk sesekali mengumpulkan anaknya dalam kegiatan belajar bersama di suatu tempat yang sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan.
4. Tersedianya sarana yang lengkap di lingkungan
Tersedianya sarana memang penting untuk diperhatikan mengingat tanpa adanya sarana yang lengkap maka jalanya proses kegiatan belajar akan terhambat. Dan yang menggembirakan perkembangan homeschooling pada saat ini juga diikuti dengan perkembangan fasilitas di dunia nyata. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).
5. Pengakuan pemerintah terhadap Homeschooling
Homeschooling bukanlah pendidikan yang berdiri sendiri tanpa di akui oleh pemerintah. Homeschooling merupakan pendidikan yang mendapatkan pengakuan dari pemerintah hal ini dibuktikan dengan peserta homeschooling bisa mendapatkan ijazah oleh diknas. Ijazah tersebut bias didapat dengan mengikuti ujian kesetaraan. Selain itu pihak yang melaksanakan homeschooling harus proaktif dengan melapor pada dinas setempat agar dicatat.
Melihat beberapa pertimbangan di atas maka sepantasnya layak jika homeschooling dijadikan solusi pendidikan alternative untuk anak. Akan tetapi semuanya kembali pada pemikiran masing-masing orang tua, apakah percaya bahwa dengan homeschooling anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang bila di sekolahkan di sekolah formal
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan adanya ketidak puasan akan sekolah formal, kekhawatiran orang tua akan pergaulan anak, beberapa pertimbangan seperti sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua, kegiatan belajar flexible, perkembangan psikologis anak, tersedianya sarana yang lengkap di lingkungan, dan pengakuan pemerintah terhadap homeschooling maka dapat diambil kesimpulan bahwa homeschooling merupakan solusi pendidikan alternatif untuk anak. Akan tetapi untuk keputusan semuanya dikembalikan lagi pada orang tua masing-masing anak.
B. SARAN
Bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan alternatif untuk anak, sebaiknya benar-benar mempertimbangkannya matang-matang. Karena keputusan yang akan diambil adalah penentu bagi masa depan anak.
DAFTAR RUJUKAN
Kembara Maulia D, Homeschooling, Bandung: Progressio, 2007.
en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling
http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/
http://www.pnfi.depdiknas.go.id/artikel/20090915092455/Homeschooling--Model-Pengembangan-Sistem-Pendidikan.html
http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=183&Itemid=71
http://fuadhanif.wordpress.com/2008/02/26/home-schooling-solusi-pendidikan-alternatif-bagi-anak-anak-anda/
http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/edisi/20080115131519/Januari-2008--Program-PNFI-Makin-%60Membumi%60.html">Januari 2008 | Program PNFI Makin "Membumi"
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena melalui pendidikan seseorang memperoleh informasi dan pengetahuan yang nantinya dapat digunakan dan diterapkan pada kehidupannya.
Banyak orang beranggapan bahwa pendidikan hanya bisa diperoleh di sekolah formal. Padahal pendidikan di sekolah formal tidak sepenuhnya bisa memberikan apa yang diharapkan orang tua terhadap anaknya. Pendidikan formal sering kali memberikan rasa jenuh kepada anak, jam pelajaran yang berlebihanlah yang mungkin menjadi penyebabnya. Jika UNESCO mensyaratkan 800-900 jam pelajaran per tahun untuk SD, Indonesia justru memberlakukan 1.400-an jam per tahun. Jika demikian anak akan merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan. Selain itu nilai-nilai moral, iman dan taqwa, dan pendidikan yang bermutu sering kali meskipun sudah diberikan di sekolah akan tetapi masih banyak menciptakan generasi bangsa yang yang tidak bermoral dan tidak berakhlak baik. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya generasi-generasi muda yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik seperti tawuran, membolos, menggunakan obat-obatan terlarang, membentuk geng-geng motor yang anarkis.
Dari bentuk kekecewaan orang tua tersebut diatas maka muncul ide-ide dari orang tua untuk memberikan pendidikan untuk anaknya di rumah. Pendidikan ini biasa disebut homeschooling. Tetapi apakah benar homeschooling ini benar-banar bias menjadi alternatif pendidikan untuk solusi diatas?
Untuk itu pada makalah ini akan dibahas mengenai homeschooling sebagai pendidikan alternatif untuk anak.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah homeschooling merupakan solusi pendidikan alternatif untuk anak?
2. Mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bahwa homeschooling merupakan pendidikan alternatif untuk anak
2. Alasan homeschooling merupakan solusi pendidikan alternatif
BAB II
ISI
A. HOMESCHOOLING
1. Pengertian homeschooling
Banyak pengertian mengenai homeschooling, dan berikut ini adalah beberapa pengertian menganai homeschooling, antara lain:
a) Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella Yulaelawati, adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif.
b) Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.
c) Homeschooling or homeschool (also called home education or home learning) is the education of children at home, typically by parents but sometimes by tutors, rather than in a formal setting of public or private school.
2. Jenis-jenis homeschooling
Dalam penerapannya ternyata homeschooling dibagi menjadi 3 jenis, adapun jenis-jenis tersebut antara lain:
a) Homeschooling tunggal, merupakan homeschooling yang hanya melibatkan orang tua dalam satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lainnya. Pada homeschooling tunggal peran orang tua sangatlah penting sebagai pembimbing,teman belajar ataupun penilai. Homeschooling ini memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
b) Homeschooling Majemuk, dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu, sedangkan kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Homeschooling ini dapat merangsang insting sosial anak karena melibatkan anak-anak lain. anak akan terpacu pula untuk berkompetisi sehingga akan timbul semangat untk bersaing untuk berprestasi menjadi yang lebih baik akan tetapi tetap positif.
c) Homeschooling Komunitas, merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, RPP, bahan ajar, sarana, serta jadwal pembelajaran. Peserta didik yang mengikuti homeschooling komunitas memiliki ruang gerak sosialisasi yang lebih luas dibandingkan dengan homeschooling lainnya.
3. Kurikulum
Banyak kurikulum yang dapat di jadikan acuan bagi orang tua, akan tetapi keputusan penuh berada pada orang tua. Orang tua dapat menggunakan kurikulum Depdiknas ataupun kurikulum international yang sudah banyak keberadaannya. Akan tetapi meskipun sudah banyak kurikulum yang ada orang tua tidak bisa sepenuhnya mengikuti salah satu kurikulum tanpa memperhatikan kemampuan dan kemauan anak. Kurikulum tetap harus dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan kemauan anak agar tetap berjalan lancar.
4. Kelemahan dan kelebihan homeschooling
Pada dasarnya tidak ada satupun model pendidikan yang sempurna. Begitu pula homeschooling, model pendidikan ini juga tidaklah sempurna dan memiliki kelemahan maupun kelebihan,yaitu:
a) Kelebihan Homeschooling
1) Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk mengembangak kreativitasnya dengan susasana yang nyaman tanpa ada tekanan.
2) Melindungi anak dari NAPZA, pengaruh-pengaruh buruk seperti pergaulan yang menyimpang.
3) Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata .
4) Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan social.
5) Memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya.
6) Pelajaran yang akan dipeljari dapat diatur sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
b) Kelemahan Homeschooling
1) Membutuhkan tanggung jawab orang tua yang besar karena banyak menyita waktu orang tua dalam pelaksanaannya, sehingga bagi orang tua yang memiliki pekerjaan yang sibuk akan sulit mengonrol dan melaksanakan homeschooling.
2) Dapat timbul ketergantungan pada anak terhadap orang tuanya.
B. SEJARAH HOMESCHOOLING DI INDONESIA
Tidak dapat diketahui persis kapan homeschooling masuk ke Indonesia, akan tetapi ternyata sejak dulu homeschooling sudah diterapkan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara dan K. H. Agus Salim merupakan orang yang telah menerapkan homeschooling.
Ki Hajar Dewantara memiliki ide untuk menjadikan rumah sebagai tempat sekolah. Bahkan dalam buku yang berjudul Karja Ki Hadjar Dewantara, bagian I: pendidikan yang diterbitkan oleh Madjelis Luhur persatuan Taman Siswa pada tahun 1962 tertulis pada salah satu artikel bahwa tiap-tiap orang djadi Guru; tiap-tiap Rumah djadi Perguruan!.
Selain Ki Hajar Dewantara ada pula K. H. Agus Salim yang sudah menerapkan homeschooling pada anaknya. Anak-anak K. H. Agus Salim tidak di sekolahkan melainkan dididik sendiri olehnya. Bahkan bukan hanya membaca, menulis, berhitung, belajar kesnian dan lainnya yang diajarkan, tapi juga berbagai bahasa asing.
C. HOMESCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF UNTUK ANAK
Kenyataan bahwa pendidikan formal tidak bisa memberikan apa yang diharapkan oleh orang tua menjadikan homeschooling sebagai solusi pendidikan alternatif bagi orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak beberapa pertimbangan bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan anaknya, antara lain:
1. Sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua
Orang tua yang cenderung khawatir terhadap pengaruh negatif pergaulan anak dan tidak puas dengan kinerja sekolah formal dapat memilih homeschooling sebagai solusi . Hal ini dikarenakan homeschooling merupakan pendidikan yang pada pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh orang tua. Sehingga orang tua dapat memantau secara langsung perkembangan anak. Akan tetapi dengan catatan bahwa segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan homeschooling menjadi tanggung jawab penuh orang tua.
2. Kegiatan belajar flexibel
Nama sekolah rumah atau homeschooling bukan berarti kegiatan belajar sepenuhnya dilaksanakan dirumah. Kegiatan belajar dapat diatur atau dikondisikan sesuai dengan kebutuhan anak dan orang tua. Kegiatan belajar dapat dilakukan di maanpun dan kapanpun orang tua atau peserta didik mau. Misalnya pada saat orang tua akan pergi ke kantor pos untuk mengirim surat, pada saat itu pula orang tua dapat mengajarkan berbagai hal kepada anak seperti tata cara menulis surat yang baik, bahasa yang baik untuk menulis surat, langkah-langkah untuk mengirimkan surat, dan masih banyak yang lainnya.
3. Perkembangan psikologis anak
Banyak orang tua mengkhawatirkan dampak psikologis home schooling seperti kurangnya sosialisasi anak dengan temannya. Padahal sebenarnya orang tua tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut, karena seperti yang telah dikemukakan pada bagian atas bahwa home schooling memiliki 3 jenis. Dan 2 dari 3 jenis home schooling tersebut merupakan jenis homeschooling yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan keluarga lain. sehingga dampak buruk psikologis dapat ditanggulangi dengan kedua jenis home schooling tersebut. Orang tua yang memiliki anak yang sama-sama mengikuti home schooling dapat bekerja sama untuk sesekali mengumpulkan anaknya dalam kegiatan belajar bersama di suatu tempat yang sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan.
4. Tersedianya sarana yang lengkap di lingkungan
Tersedianya sarana memang penting untuk diperhatikan mengingat tanpa adanya sarana yang lengkap maka jalanya proses kegiatan belajar akan terhambat. Dan yang menggembirakan perkembangan homeschooling pada saat ini juga diikuti dengan perkembangan fasilitas di dunia nyata. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).
5. Pengakuan pemerintah terhadap Homeschooling
Homeschooling bukanlah pendidikan yang berdiri sendiri tanpa di akui oleh pemerintah. Homeschooling merupakan pendidikan yang mendapatkan pengakuan dari pemerintah hal ini dibuktikan dengan peserta homeschooling bisa mendapatkan ijazah oleh diknas. Ijazah tersebut bias didapat dengan mengikuti ujian kesetaraan. Selain itu pihak yang melaksanakan homeschooling harus proaktif dengan melapor pada dinas setempat agar dicatat.
Melihat beberapa pertimbangan di atas maka sepantasnya layak jika homeschooling dijadikan solusi pendidikan alternative untuk anak. Akan tetapi semuanya kembali pada pemikiran masing-masing orang tua, apakah percaya bahwa dengan homeschooling anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang bila di sekolahkan di sekolah formal
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan adanya ketidak puasan akan sekolah formal, kekhawatiran orang tua akan pergaulan anak, beberapa pertimbangan seperti sistem belajar dilakukan dan diawasi sendiri oleh orang tua, kegiatan belajar flexible, perkembangan psikologis anak, tersedianya sarana yang lengkap di lingkungan, dan pengakuan pemerintah terhadap homeschooling maka dapat diambil kesimpulan bahwa homeschooling merupakan solusi pendidikan alternatif untuk anak. Akan tetapi untuk keputusan semuanya dikembalikan lagi pada orang tua masing-masing anak.
B. SARAN
Bagi orang tua yang masih ragu untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan alternatif untuk anak, sebaiknya benar-benar mempertimbangkannya matang-matang. Karena keputusan yang akan diambil adalah penentu bagi masa depan anak.
DAFTAR RUJUKAN
Kembara Maulia D, Homeschooling, Bandung: Progressio, 2007.
en.wikipedia.org/wiki/Homeschooling
http://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/
http://www.pnfi.depdiknas.go.id/artikel/20090915092455/Homeschooling--Model-Pengembangan-Sistem-Pendidikan.html
http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=183&Itemid=71
http://fuadhanif.wordpress.com/2008/02/26/home-schooling-solusi-pendidikan-alternatif-bagi-anak-anak-anda/
http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/edisi/20080115131519/Januari-2008--Program-PNFI-Makin-%60Membumi%60.html">Januari 2008 | Program PNFI Makin "Membumi"
Langganan:
Postingan (Atom)